Mengembalikan Jati Diri Bangsa
- sangat cocok melihat kondisi bangsa kita ini yang semakin hari
semakin carut marut. Identitas kita sebagai negara yang adil dan beradab
sudah terkikis dengan arus globalisasi beserta komplotannya. Budaya
korupsi semakin kental. Pejabat negara yang saling tuduh menuduh. Saling
intervensi kebijakan. Sudah sepantasnya kita harus bertekad untuk mengembalikan jati diri bangsa yang penuh dengan nilai-nilai norma dan cita-cita Pancasila sebagai ideologi kita sebagai bangsa yang hebat.
Kita sebagai bangsa sudah terjangkit krisis multidimensional, semua
aspek sangatlah krisis. Bukan hanya soal krisis anggaran. Banyak aspek
lainnya diantaranya yaitu kita ini sudah dilanda krisis moral dan akhlak
dan berlangsung terus menerus berkelanjutan. Lihat saja kasus korupsi
yang makin gencar diberitakan di media. Korupsi semakin merajalan dan
transparan saja. Hanyalah kepentingan kelompok dan golongan yang menjadi
prioritas. Krisis demi krisis hingga merasuki hati nurani setiap insan
menjadi krisis karakter yang akhirnya ramai disebut orang krisis jati
diri.
Faktor globalisasi menjadi tameng dan limpahan kekesalan atas krisis
jati diri ini. Padahal faktor dari dalam juga sangatlah besar
pengaruhnya. Yah, dari rakyat Indonesia itu sendiri. Secara umum,
tampaknya tak ada masalah, bahkan bangsa ini cukup banyak menampilkan
orang-orang yang cerdik dan pandai. Manusia Indonesia tidak bermasalah
dengan IQ atau otaknya, tetapi tampaknya tidak demikian dengan hati
nurani yang mencerminkan karakter dan jati dirinya.
Cukup banyak ditemukan sosok yang tidak tulus ikhlas, tidak
bersungguh-sungguh, senang yang semu, senang yang basa-basi, yang lebih
senang memilih budaya ABS (asal bapak senang), yang kesemuanya ini
sangat merusak karakter individu dan mempunyai implikasi pada rusaknya
karakter bangsa. Penampilan semacam ini dalam kinerjanya diwujudkan
dalam sikap saling menyalahkan, tidak bisa dipegang kata-katanya, tidak
bisa dipegang janjinya, mengelak dari tanggung jawab, saling hujat.
Dengan kata lain, tidak ada satunya kata dan perbuatan.
Penampilan dan kinerja semacam ini sejatinya menunjukkan manusia
Indonesia tengah "hilang" jati dirinya. Karakter bangsa Indonesia yang
selama ini dikenal ramah tamah, gotong royong, dan sopan santun berubah
menjadi penampilan preman yang beringas dan bengis, yang tega kepada
sesamanya, yang tak peduli lagi pada nasib bangsanya.
Suka tidak suka, inilah kenyataan-kenyataan yang sedang kita alami, yang
menunjukkan "hilangnya" jati diri individu-individu manusia Indonesia
yang berakibat luntur dan rusaknya karakter bangsa Indonesia dan luntur
atau "hilang"-nya jati diri bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar