Minggu, 24 Juni 2012

Jati diri Indonesia

Mengembalikan Jati Diri Bangsa - sangat cocok melihat kondisi bangsa kita ini yang semakin hari semakin carut marut. Identitas kita sebagai negara yang adil dan beradab sudah terkikis dengan arus globalisasi beserta komplotannya. Budaya korupsi semakin kental. Pejabat negara yang saling tuduh menuduh. Saling intervensi kebijakan. Sudah sepantasnya kita harus bertekad untuk mengembalikan jati diri bangsa yang penuh dengan nilai-nilai norma dan cita-cita Pancasila sebagai ideologi kita sebagai bangsa yang hebat.

Kita sebagai bangsa sudah terjangkit krisis multidimensional, semua aspek sangatlah krisis. Bukan hanya soal krisis anggaran. Banyak aspek lainnya diantaranya yaitu kita ini sudah dilanda krisis moral dan akhlak dan berlangsung terus menerus berkelanjutan. Lihat saja kasus korupsi yang makin gencar diberitakan di media. Korupsi semakin merajalan dan transparan saja. Hanyalah kepentingan kelompok dan golongan yang menjadi prioritas. Krisis demi krisis hingga merasuki hati nurani setiap insan menjadi krisis karakter yang akhirnya ramai disebut orang krisis jati diri.

Faktor globalisasi menjadi tameng dan limpahan kekesalan atas krisis jati diri ini. Padahal faktor dari dalam juga sangatlah besar pengaruhnya. Yah, dari rakyat Indonesia itu sendiri. Secara umum, tampaknya tak ada masalah, bahkan bangsa ini cukup banyak menampilkan orang-orang yang cerdik dan pandai. Manusia Indonesia tidak bermasalah dengan IQ atau otaknya, tetapi tampaknya tidak demikian dengan hati nurani yang mencerminkan karakter dan jati dirinya.

Cukup banyak ditemukan sosok yang tidak tulus ikhlas, tidak bersungguh-sungguh, senang yang semu, senang yang basa-basi, yang lebih senang memilih budaya ABS (asal bapak senang), yang kesemuanya ini sangat merusak karakter individu dan mempunyai implikasi pada rusaknya karakter bangsa. Penampilan semacam ini dalam kinerjanya diwujudkan dalam sikap saling menyalahkan, tidak bisa dipegang kata-katanya, tidak bisa dipegang janjinya, mengelak dari tanggung jawab, saling hujat. Dengan kata lain, tidak ada satunya kata dan perbuatan.
Penampilan dan kinerja semacam ini sejatinya menunjukkan manusia Indonesia tengah "hilang" jati dirinya. Karakter bangsa Indonesia yang selama ini dikenal ramah tamah, gotong royong, dan sopan santun berubah menjadi penampilan preman yang beringas dan bengis, yang tega kepada sesamanya, yang tak peduli lagi pada nasib bangsanya.

Suka tidak suka, inilah kenyataan-kenyataan yang sedang kita alami, yang menunjukkan "hilangnya" jati diri individu-individu manusia Indonesia yang berakibat luntur dan rusaknya karakter bangsa Indonesia dan luntur atau "hilang"-nya jati diri bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar